Proposal Penelitian Sejarah - Gaya Arsitektur Museum WR. Soepratman di Surabaya
Gaya Arsitektur Museum
WR. Soepratman di Surabaya
Proposal
Penelitian
Rr. Zafira Ardha Pramesti
X – IPS 3
29
Dinas Pendidikan
Kab. Sidoarjo
SMANISDA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya, Wage Rudolf Soepratman, pernah
tinggal di Kota Surabaya cukup lama. Di kota ini pula beliau menghembuskan
nafas terakhirnya, tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1938.[1]
Saat di Surabaya, W.R. Soepratman sedang dalam keadaan sakit. Namun,
semangat perjuangannya tetap menggebu-gebu. Saat berada di jalan Embong Malang,
ia ditangkap dan ditahan ke penjara Kalisosok. Namun, penyakitnya semakin parah
saat berada di penjara. Maka, ia diizinkan untuk dibawa pulang oleh
keluarganya.
Di jalan Mangga no. 21, Surabaya ini, W.R. Soepratman dirawat dengan
sabar oleh saudara-saudaranya. Hingga akhirnya wafat, puluhan warga bersama
beberapa wartawan mengantarkan jenazahnya ke TPU Kapas, sebelah utara jalan
Kenjeran, Surabaya.
Kemudian, dipindah ke sebelah selatan jalan Kenjeran, Surabaya, tepatnya
di jalan Tambak Segaran Wetan, Kecamatan Tambaksari. Makam baru tersebut
diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur, Samadikun, pada tanggal 25 Oktober 1953.[2]
Beberapa alasan peneliti meneliti Gaya Arsitektur Museum W.R. Soepratman
di Surabaya. Pertama, W.R. Soepratman
selama hidupnya lebih banyak menghabiskan waktu di Makassar dan Batavia
(Jakarta), maka diperlukan sebuah kajian yang lebih mendalam untuk mengetahui
tentang bangunan tempat tinggal W.R. Soepratman di Surabaya.
Kedua, gaya arsitektur
Museum W.R. Soepratman berbeda dengan museum pada umumnya yang cenderung
bercorak ala Hindu-Buddha dengan lahan yang cukup luas dan koleksi yang
bersifat umum. Sementara Museum W.R. Soepratman lebih bercorak bangunan rumah
pada umumnya dan koleksinya hanya khusus mengenai W.R. Soepratman selama
hidupnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
yang telah dipaparkan, masalah utama yang akan dikaji adalah “Gaya Arsitektur
Museum WR. Soepratman di Surabaya”. Agar pembahasan lebih terfokus maka
peneliti membatasi pokok bahasan dalam beberapa rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana corak
yang ada pada bangunan Museum WR. Soepratman?
2. Bagaimana
perbedaan gaya arsitektur bangunan Musem WR. Soepratman pada masa lalu dan masa
kini?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di
atas, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gaya
arsitektur Museum WR. Soepratman di Surabaya pada masa sekarang. Selain itu proposal
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan
kondisi dan corak bangunan Museum WR. Soepratman.
2. Mengetahui
perkembangan gaya arsitektur Museum WR. Soepratman dari masa ke masa.
1.4 Kajian Pustaka
Proposal
penelitian ini mengenai Museum WR. Soepratman yang tidak banyak diketahui
masyarakat. Seiring berjalannya waktu, historiografi yang muncul dilakukan
dengan berbagai penelitian sehingga menciptakan tulisan sejarah arsitektur dan
biografi.
Menurut
buku Mengenal Pahlawan Indonesia karya
Arya Ajisaka, Museum WR. Soepratman di Jalan Mangga no. 21, Tambaksari, Surabaya ini
dulunya merupakan rumah yang ditinggali WR. Soepratman selama di Surabaya
hingga ia wafat. Rumah ini milik kakak tertuanya, Ny. Roekijem Soepratijah,
yang ditinggalinya selama dua tahun. Saat ini, Museum WR. Soepratman dikelola
oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya.
Menurut
buku WAGE RUDOLF SOEPRATMAN: Meluruskan
Sejarah dan Riwayat Hidup Pencipta Lagu Kebangsaan Republik Indonesia “Indonesia
Raya” dan Pahlawan Nasional karya Anthony C. Hutabarat, Museum WR. Soepratman merupakan
bangunan sederhana ala daerah tropis ini didominasi warna krem dan putih. Sebelum
memasuki bangunan ini, terdapat dua jendela dan pintu, serta tampak asri karena
terdapat anekaragam tanaman menghiasi bagian depan bangunan ini. Bendera merah
putih juga berkibar di dekat tanaman-tanaman. Selain itu, juga ada patung pria
yang berkacamata dengan jas dan dasi sedang bermain biola. Patung tersebut
keseluruhan dicat warna hitam. Patung yang dibuat oleh Soerachman dan M. Thalib
ini menggambarkan sosok WR. Soepratman yang merupakan pencipta lagu kebangsaan
Indonesia, Indonesia Raya. Di malam
hari, lampu di bawah patung ini akan menyala sehingga menambah daya tarik
museum ini.
Menurut buku Sejarah Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan WR. Soepratman
Penciptanya karya Oerip Kasansengari menjelaskan bahwa gaya arsitektur atap
museum rumah tersebut menyerupai rumah gadang. Hal itu disebabkan karena pada
zamannya, gaya-gaya arsitektur rumah di sekitarnya juga berbentuk seperti rumah
gadang. Sebelum cagar budaya tahun 2009, museum ini berpagar warna hijau
setinggi setengah badan. Lantai museum tersebut berwarna seperti tanah. Bentuk dan
gaya arsitekturnya hanya sedikit yang diubah. Perubahan-perubahan tersebut
diantaranya sekedar mengecat dan mengganti kayu yang mulai rapuh.
1.5 Metodologi
Penelitian
Metode penelitian yang
digunakan dalam tulisan ini adalah metode sejarah. Metode sejarah terdiri atas
heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Heuristik adalah
pengumpulan sumber-sumber penelitian melalui kepustakaan. Penelitian
kepustakaan dilakukan dengan mencari sumber-sumber tertulis seperti buku-buku
yang merupakan sumber primer. Sumber primer yang digunakan dalam penulisan
karya ini terdapat di Museum WR. Soepratman. Sumber primer tersebut antara lain buku Sejarah Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan WR. Soepratman
Penciptanya. Sumber ini berisi informasi mengenai WR. Soepratman secara detail karena
buku ini ditulis oleh Oerip Kasansengari, sahabat WR. Soepratman semasa hidup. Selain
itu, penulis juga melakukan wawancara dengan penjaga Museum WR. Soepratman.
Selain sumber primer, penulis juga mengumpulkan sumber-sumber sekunder untuk memperkaya tulisan. Sumber sekunder adalah sumber yang didapat melalui referensi yang berhubungan dengan topik penulisan seperti buku, majalah, artikel, atau makalah yang dipublikasikan di luar lingkup pembahasan proposal ini. Sumber sekunder yang digunakan dalam penulisan karya ini terdapat di Perpustakaan Daerah Sidoarjo dan Perpustakaan Provinsi Jawa Timur. Beberapa sumber sekunder tersebut antara lain buku WAGE RUDOLF SOEPRATMAN: Meluruskan Sejarah dan Riwayat Hidup Pencipta Lagu Kebangsaan Republik Indonesia “Indonesia Raya” dan Pahlawan Nasional dan buku Mengenal Pahlawan Indonesia. Sumber pertama merupakan buku yang berisi tentang WR. Soepratman semasa hidup hingga wafat di Surabaya. Sementara itu, sumber kedua lebih merupakan buku yang bersifat umum dengan membahas pahlawan-pahlawan nasional dan salah satunya adalah WR. Soepratman. Sayangnya, koleksi di Perpustakaan Daerah Sidoarjo tidak lengkap. Begitu juga dengan koleksi di Perpustakaan Provinsi Jawa Timur.
Selain sumber primer, penulis juga mengumpulkan sumber-sumber sekunder untuk memperkaya tulisan. Sumber sekunder adalah sumber yang didapat melalui referensi yang berhubungan dengan topik penulisan seperti buku, majalah, artikel, atau makalah yang dipublikasikan di luar lingkup pembahasan proposal ini. Sumber sekunder yang digunakan dalam penulisan karya ini terdapat di Perpustakaan Daerah Sidoarjo dan Perpustakaan Provinsi Jawa Timur. Beberapa sumber sekunder tersebut antara lain buku WAGE RUDOLF SOEPRATMAN: Meluruskan Sejarah dan Riwayat Hidup Pencipta Lagu Kebangsaan Republik Indonesia “Indonesia Raya” dan Pahlawan Nasional dan buku Mengenal Pahlawan Indonesia. Sumber pertama merupakan buku yang berisi tentang WR. Soepratman semasa hidup hingga wafat di Surabaya. Sementara itu, sumber kedua lebih merupakan buku yang bersifat umum dengan membahas pahlawan-pahlawan nasional dan salah satunya adalah WR. Soepratman. Sayangnya, koleksi di Perpustakaan Daerah Sidoarjo tidak lengkap. Begitu juga dengan koleksi di Perpustakaan Provinsi Jawa Timur.
Setelah
tahap heuristik, tahap kritik dilakukan. Kritik merupakan pemilahan sumber yang
dapat dijadikan referensi. Kritik dilakukan dengan cara kritik internal dan
eksternal. Kritik internal merupakan kritik untuk mengukur keterkaitan sumber
dengan topik tulisan. Kritik eksternal merupakan kritik untuk melihat otensitas
sumber. Dengan demikian, terjadi saling pengecekan antar satu sumber dengan
sumber lainnya. Dari kritik tersebut kemudian dilakukan interpretasi yang
merupakan pembacaan terhadap sumber-sumber sejarah tersebut. Tahap terakhir
adalah historiografi atau penulisan terhadap hasil penelitian.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian yang
dilakukan penulis diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap berbagai pihak
terkait, diantaranya sebagai berikut:
1. Untuk peneliti, diharapkan
penelitian ini dapat menambah wawasan dan keterampilan dalam menerapkan metode
Penulisan Sejarah dalam pembelajaran sejarah.
2. Untuk guru,
diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk kajian
lebih lanjut, serta dapat memenuhi tugas kami sebagai peneliti.
3. Untuk siswa,
peneliti ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis yang
digali dalam pelajaran sejarah untuk bekal menghadapi skripsi saat menjadi
mahasiswa nanti.
4. Untuk sekolah,
penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran
sejarah di sekolah tersebut.
1.7 Sistematika
Penulisan
Bab
I yaitu Pendahuluan. Bab ini terbagi ke dalam beberapa sub bab yakni: latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian pustaka, metodologi penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab
II menjelaskan tentang corak bangunan yang ada di museum WR. Soepratman yang
arsitektur bangunannya bercorak sederhana ala daerah tropis.
Bab terakhir,
yaitu penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
Daftar Pustaka
Ajisaka, Arya. 2008. Mengenal Pahlawan Indonesia. Jakarta: PT. Kawan
Pustaka.
Hutabarat, Anthony C. 2001. WAGE
RUDOLF SOEPRATMAN: Meluruskan Sejarah dan
Riwayat
Hidup Pencipta Lagu Kebangsaan Republik Indonesia “Indonesia Raya” dan
Pahlawan
Nasional. Jakarta: Gunung Mulia.
Kasansengari, Oerip. 1967. Sejarah
Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan WR. Soepratman
Penciptanya. Surabaya: Grafika Karya.
Komentar
Posting Komentar